Sebagai pendaki amatiran, memutuskan untuk mendaki dengan persiapan hanya tiga hari adalah suatu keputusan yang luar biasa [lebay].
Minggu, 11 Sept 2011. Pukul 07.00 mobil panther siap mengantar tujuh pendaki menuju Kabupaten Enrekang. Untuk mengefisienkan waktu, kami berkumpul di Primagama Urip dari semalam. Perjalanan menuju Enrekang memakan waktu sekitar 8 jam.
Pukul 16.00, kami tiba di rumah Mori (salah satu pendaki). Suasananya sejuk, sunyi, jauh dari kerusuhan kota yang pengap oleh polusi, hanya sesekali suara kendaraan yang terdengar. Sejauh mata memandang hanya pegunungan yang kelihatan.
Senin, 12 Sept 2011. Pukul 06.50. peserta ekspedisi yang fix untuk mendaki berjumlah 12 orang. Pak Nas, K’ Habib, K’ Ishak, K’ Parman, Hera, Ria, K’ Yuni, Mori, Kautsar, Sigit, Callu dan saya. Empat orang merupakan warga asli dari Enrekang. Untuk menuju ujung jalan yang masih teraspal, kami membutuhkan waktu sekirar 15 menit. Bermodalkan mobil sewaan seluruh tim ekspedisi siap tancap.
[dari kiri, belakang]; Callu, K' Habib, Sigit [dari kiri, depan] ; K' Ishak, K' Parman, Mori, Ria, K' Yuni, Hera, Me |
Bismillahirrahmanirrahim...
Ini dia yang paling mengejutkan dan diluar dugaanku. Untuk mencapai kaki gunung Latimojong di dusun Karangan (dusun terakhir dari desa Latimojong) kami harus menempuh perjalanan selama sepuluh jam lamanya. Ini belum mendaki loh, lumayanlah untuk pemanasan menghadapi pendakian yang sesungguhnya esok harinya.
Dusun Karangan |
Selasa, 13 Sept 2011. Pukul 07.00. keputusan brieafing dari sang leader. Kita akan camp di Pos V (Soloh Tama). Sayangnya Sigit harus kembali ke Baraka, karena ada panggilan berlayar. Padahal beliau adalah teman selangkah dan seiramana saya dan K' Yuni.
Dusun Karangan - Pos 1, pendaki akan disuguhi perkebunan kopi. Pendaki akan bertemu dengan jalan bercabang yaitu ke kiri mendatar menuju puncak Rante Mario 3428 mdpl (puncak yang akan kami tuju) dan lurus mendaki adalah jalur menuju puncak Nenemori. Mori sempat mengomel tidak jelas karena banyaknya pembakaran hutan yang dilakukan oleh warga untuk dijadikan ladang.
Pembakaran Hutan |
Pos I (Buntu Kacilling) berada pada ketinggian 1800 mdpl dan kemiringan mencapai 50-70 derajat.
Pos 1 - Pos 2
Menuju pos II, trekking bervariasi. Mendaki dan menurun, sebelah kiri terbentang jurang selama perjalanan, saya harus berpegangan pada akar-akar pohon untuk menjaga keseimbangan. Suara burung menemani langkah kami yang mulai lunglai. Akhirnya, pukul 11.00 kami tiba di Pos II ( Gua Sarung Pa’pa).
Air terjuuuunnnnnn.......wow!! nikmatnya...istirahat sejenak sambil merendam kaki. Assoy dah...^^V
Pos 2 – Pos 3
Butuh waktu sekitar sejam untuk mencapai Pos III, medan ekstream mendominasi jalur ini, kemiringan mencapai 80 derajat. Katanya K’ Yuni, ini dia yang namanya Jalur Pan*at. Hehehe. Pos III (lantang Nase) berada pada ketinggian 1.940 mdpl.
Pos 3 – Pos 4
Semangatttttt......tidak seekstrim jalur sebelumnya. Kemiringannya hanya mencapai 60-70 derajat dengan ketinggian 2.140 mpdl. Dibutuhkan waktu sekitar sejam untuk menuju pos ini.
Pos 4 – Pos 5
Waktu menunjukkan hampir pukul 16.00, tapi saya dan K’ Yuni belum juga sampai ke Pos 5. K’ Habib, Kautsar, Callu, Ria dan K’ Ishak sudah sampai duluan. Pendaki yang lainnya menyusul di belakang kami. Paling enak ngemil gula merah sepanjang perjalanan diselingi Nutri Sari dingin yang dicampur dengan air alam. Srruupppp...nikmatnya....
Ooooooiiii...oooiii..kami akhirnya sampai di Pos V (Soloh Tama)
Setelah membersihakn diri dan beristirahat sejenak, mari kita masak. Makan siang dan makan malam dijamak jadi satu.
Pos 5 – pos 6
Rabu, 14 Sept 2011. Pukul. 01.20 dini hari perjalanan menuju puncak dimulai. Masih capek, masih mengantuk, lapar, gelap. Dengan mengumpulkan sugesti semangat yang masih tersisa, kulangkahkan kakiku. Eitz...beru sekitar sejam mendaki. Penyakitku kambuh lagi. Lambung perih, pusing dan akhirnya muntah.
K’ Habib: adaji kita bawa obatta’ (melihat pengalaman di Bawakaraeng dulu)??
Saya: iye...adaji dalam ranselku yang kita bawa.
K’ Habib: tadi...saya kasi orang yang paling depan.
Dengan kecepatan suara K’ Habib berlari mengejar orang yang membawa tasku, yang mungkin sudah hampir sampai ke Pos 7. Bersamaan dengan sampainya kami di Pos 6 . Alhamdulillah k’ Habib juga datang dengan makanan dan obat “ajaib”. Istirahat sejenak menenangkan diri.
Pukul 04.20. tiba di pos 7. Dinginnnnnnnnnnnnn sekaliii.......Alhamdulillah dapat tawaran dari dua pendaki untuk bernaung di dalam tendanya, sambil menunggu datangnya subuh.
Selepas shalat subuh, perjalanan dilanjutkan menuju puncak Rante Mario.
Sayangnya, ketika sampai puncak. Cuaca tak bersahabat. Kabut dimana-mana. Tapi, tak apalah. Selamat datang di salah puncak Latimojong “Rante Mario”. Ekstase luar biasa ketika di puncak.
Wow, kami baru menyadari betapa terjalnya perjalanan kami semalam...ckckck..ternyata enak yah kalau perjalanan malam.
Pukul 10.30 kembali ke habitat di Pos 5. Makan siang, packing, dan kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Rencana awal, langsung menuju Karangan. Tapi, karena salah satu angoota ekspedisi mengalami cedera. Selain itu sangat berbahaya melakukan perjalanan malam antara Pos 2 – Pos 1.
Pos 5 – Pos 2. Karena masih semangat, mari kita lariiiiiiiiiiiii, Pos 4 mulai kewalahan. Akhirnya jalannya membelakang sambil merangkak sampai Pos 2. Diselingi curhat kecolongan. Hahaha [tenang....ini rahasia kita berdua]
Malam ke dua dihabiskan di Pos 2. Insiden buruk terjadi. Saya lupa teryata HP-ku dan HP-nya Ria yang tergabung dalam satu plastik ternyata masih dalam kantong jaketku. Innalillah..pas mau wudhu hanyut terbawa arus deras. GALAU SEMALAMAN!!! [Dimana ada harapan, Insya Allah ada jalan]. Besok paginya ditemukan kembali. Alhamdulillah....walaupun penuh cacat disana-sini.
Kamis, 15 Sept 2011
Pukul 08.00 tancap menuju Rante Lemo. Mudah-mudahan ada mobil menuju Gura. Pukul 16.00, tawar menawar dengan pak supir. Kemahalan!!! Rp. 300.000, terpaksa jalan kaki lagi menuju Gura. Lima jam perjalanan di tengah remang-remang senter, akhirnya sampai juga.
MANA BUNGA EDELWEISSKU??? yang saya bawa berjam-jam!!! aaggrrrhh....
Foto Tidak Penting [!]
Lebaran [aliran baru] ^^V |
Ritual setelah perjalanan jauh |
Terima kasih untuk Allah yang mengembalikanku utuh ke Makassar, untuk Latimojong-Mu yang begitu indah, teman-teman ekspedisi atas semua canda tawa, cerita, kebersamaan dan kerja sama. “Norit” obat spesialku. Orang tua Mori juga. terima kasih untuk ransumnya yaaaa...
Ekspedisi selanjutnya kemana???
Dapat tawaran dari K’ Parman ke “RINJANI”
Ehmm..saya sarjana dulu yah kak
0 komentar:
Posting Komentar