Sabtu, 01 Oktober 2011

Menolak Lupa Kasus Munir

Mari kita sejenak mengenang kembali perjuangan dari seorang pria sederhana yang bersahaja, sang aktivis sejati Munir Said Thalib. siapa yang tak mengengal beliau?? kematiannya yang begitu misterius dan mengguncangkan seantero Indonesia.

Beberapa hari yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menghadiri CINEMATICA, Pemutaran Film dan Diskusi. "MENGENANG MUNIR".




Dua film sekaligus, Garuda's Deadly Upgrade, Sutradara David O'Shea; 2005; 61 min dan His Story, Sutradara Steve Pillar; 2006; 28 min.30 sec.

Merinding sendiri, bahkan terharu. Hhe (suerrr...)
Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang transit di Singapura. Beliau meninggal karena “diracuni” dalam penerbangan menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum.

Dalam film “Garuda's Deadly Upgrade” berkisah tentang awal keterlibatannya beliau dalam gerakan sosial. Bagaimana kisah pertemuan pertama dengan sang istri, Suciwati. Suciwati ditangkap karena memimpin aksi para buruh dan ternyata yang menjadi pengacaranya adalah Munir (ahhh...so sweet). Munir bersama gerakan buruh Jawa Timur seperti memperlihatkan jejak-jejak sang pembela HAM itu di jalan yang membawanya menjadi pribadi pemberani dan tidak kenal takut pada penguasa.

Cerita berkembang setelah pejabat-pejabat penting di perusahaan penerbangan nasional Garuda Indonesia, ikut diperiksa oleh DPR dan kepolisian. Kemunculan para pejabat-pejabat penting Garuda itu diawali dengan terungkapnya tiga buah surat yang maksud dan tujuannya terkesan ganjil dan sulit dinalar publik. Mengapa ada surat tugas yang bertanggal surut ke belakang? Mengapa seorang pejabat setingkat direktur tiba-tiba mengurusi jadwal kerja petugas keselamatan penerbangan? Siapa sebenarnya Pollycarpus, sosok misterius yang oleh banyak aktivis dan jurnalis disebut-sebut sering terlihat di wilayah-wilayah konflik di Indonesia? Keganjilan-keganjilan lain juga terlihat ketika sesaat sebelum Munir berangkat kamera-kamera pemantau (CCTV) di Bandara Soekarno Hatta tiba-tiba tidak berfungsi. Apakah aparat intelijen terlibat?

Hmmm..sebenarnya kalau kita melihat bahasa tubuh tubuh para “lelaki tak bertanggung jawab itu” pada saat wawancara, secara kasat mata kita bisa melihat bagaimana “keraguan” mereka dalam menjawab. [entahlah].

Difilm kedua “His Story”

Aktifis HAM Indonesia, Munir, dibunuh dengan racun dalam perjalanannya ke Amsterdam dengan pesawat Garuda. Presiden membentuk regu khusus untuk mengusut kasus ini yang kemudian berhasil menemukan beberapa bukti-bukti baru. Polycarpus, pilot Garuda yang bertugas saat itu, menjadi tersangka. Dalam pengadilannya, beberapa bukti yang memberatkan telah disiapkan, diantaranya: rekaman percakapan melalui telepon antara pilot dan kepala badan dinas intelejen yang kebenarannya masih dipertanyakan. pada akhirnya, hakim memutuskan Polycarpus dihukum 14 tahun penjara karena telah bersekongkol merencanakan pembunuhan.

Hanya 14 tahun!!!! Bahkan nyatanya tak sampai 14 tahun, karena dapat remisi sana-sini. Alangkah lucunya negeri ini, konspirasi dimana-mana. Saya bingung, harus bangga atau malu menjadi menusia yang dilahirkan di negeri yang penuh dengan tanda tanya. Dimana letak keadilan itu??


Bung Munir....tenanglah kau disana, mungkin pengadilan bumi belum berpihak padamu,pengadilan akhiratlah yang akan berbicara kelak.

7 tahun lalu dibunuh, 7 tahun tanpa keadilan, 7 tahun kami tidak “LUPA” ... katamu “Kami sudah bosan dengan KEKERASAN”!!!

Apa kabar pembunuhmu??



0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Let's Start from Here and Powered by Blogger.