Minggu, 09 Juli 2017

Trip Maraton : Banggai #JanganKasiKendor



Berawal dari celetukan “liburan lebaran nanti ke Luwuk yok”. Eh, ternyata para traveler manja sahut-bersahutan mengiyakan. Guide dan Itinerary, aman sentosa. Alhamdulillah ada teman tinggal di Luwuk. #jangankasikendor (ini hashtag andalan beberapa hari sebelum berangkat)

Hari kedua pasca lebaran, berangkatlah kami berdelapan. Ian, Kak Eno, Doe, Ana, saya, Ary, Dika dan Malaga (dua nama terakhir, teman dari Balikpapan yang mewarnai perjalanan kami J). Fhariz dan Sischa sudah menanti di Luwuk, berangkat sebelum lebaran. Dan tentu saja guide andalan, Fikar Katili yang followersnya 5K.

Perjalanan Palu-Luwuk dapat  ditempuh melalui darat selama 12 jam (paling tercepat), tinggal pilih naik bus/mini bus atau melalui udara (penerbangan setiap hari dan langsung ke Bandara Syukuran Aminuddin Amir tanpa transit lagi). 

Trip Marathon

[28 Juni]
Air Terjun Salodik 
Kalau teman-teman naik kendaraan pribadi, 20 km sebelum gerbang “Selamat Datang di Luwuk” jangan lupa melipir sejenak di Air Terjun Salodik. Tidak perlu adegan-adegan mendaki, air terjunnya dekat sekali dari jalan trans. Cukup membayar Rp. 2,000/orang sudah bisa menikmati keindahan dan kesejukan tempat ini.

Air Terjun Salodik

Bukit Teletubbies
Bukit yang diselimuti rumput hijau dan ilalalng ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat kota Luwuk.  Jalan yang di tempuh ke bukit ini lumayan bagus dan mudah untuk dilewati kendaraan roda empat.


@fharizrandieka si botak bertingkah
Bukit Teletubbies [Personel Lengkap]

Bukit Kasih Sayang 
Malam hari ingin menikmati keindahan kota Luwuk?? Kuy ke Bukit Kasih Sayang dengan modal Rp. 10.000. Yang mau foto di “love”nya silahkan antri bro-bri. 

Bukit Kasih Sayang. Taken by @rasdiana dengan penuh cintaa

[29 Juni]  
Tombal, Balantak

Destinasi ini belum terlalu banyak diketahui pelancong, terkenal baru beberapa bulan terakhir. Dapat ditempuh sekitar sejam dari Desa Kampangar (penyeberangan terdekat menuju Pulau Dua). Menurut referensi disini juga banyak spot untuk snorkeling. Pasukan harus tetap dalam kondisi kering karena kami mengejar kapal ferry jam 9 malam untuk melanjutkan perjalanan menuju Banggai Laut.



Ibu Kabid @rasdianaa, fotografer handal kami, yang bikin followers naik kalau upload fotonya 😂


Pak Ketua @muhirfanumar, supir handal antar kabupaten 🤣


Yakin tidak mau kesini???
Pulau Dua, Balantak 
Jarak Luwuk ke Pulau Dua ditempuh selama 2,5 jam, naik perahu 10 menit kemudian tracking 15 menit. Sampailah di surganya Balantak, puncak Pulau Dua. Semua keluh kesah, seokan langkah kaki, nafas teengah-engah, semuanya terbayarkan. Pemandangan 360 derajat, sejauh mata memandang gunung, bukit dan lautan. Perjalanan turun justru membutuhkan perjuangan ekstra, mata harus tetap awas dan  menjaga keseimbangan karena kemiringannya yang ekstrim. Untuk yang mau menginap bisa nge-camp di pinggir pantai atau menyewa cottage yang dikelola penduduk.


adek @sischamanda menuju Pulau Dua

Tanjakan Drama, katanya kalau belum sampai puncak belum sah ke Pulau Dua





@dika.mm @dirkmalagakusuma kakak beradik juah-jauh dari Balikpapan

[30 Juni]
                Perjalanan menggunakan kapal ferry  memakan waktu sekitar 8 jam, pilih kapal yang berangkat jam 9 malam. Jadi kalian dapat beristirahat (pilih dek paling atas bisa gelar matras. Bahkan gantung hammock di tiangnya. Tapi harus tahan kebisingan, ada electone sampai pukul 00.00). Bangun subuh, setelah sholat kapal sudah sandar di pelabuhan. Hemat biaya penginapan. Hahaha. 

Nenek Ayu yang ramah sekali, selalu menegur duluan, suka cerita tentang pengalamannya. Tinggal di Desa Pasir Putih Banggai Laut
Pantai Terigu, Desa Pasir Putih, Banggai Laut

Destinasi pertama  setelah sampai di Banggai Laut yaitu  Pantai Terigu. Disebut Pantai Terigu karena pasirnya yang begitu putih dan halus mirip terigu. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dari pelabuhan ke Desa Pasir Putih kemudian dilanjutkan perjalanan menggunakan perahu selama 30 menit. Beberapa meter  dekat bibir pantai ada goa yang cukup besar dihuni puluhan kelelawar. Sekilas tidak terlihat karena tertutup hutan. Yang mau susur goa, silahkeun. 
Jauh betul tempat tidur siangnya @doemarjiun

Tanjung Gundul, Desa Pasir Putih, Banggai Laut
Sepuluh menit sebelum sampai ke Pantai Terigu, bisa singgah dulu sebentar di Tanjung Gundul.  Spotnya mantap jiwa.  Air jernih, pasir putih, batu berlubang. Mainkan jarimu anak muda.
@fikar.alfatih26 tour guide pemilik setengahnya Luwuk
Tangkislah, foto sang maestro ibu Kabid 😋



 Dari  Tanjung Gundul (sebenarnya dan sesungguhnya) mau ke Pantai Oyama. Setelah hampir sejam perjalanan darat ke desa terakhir sebelum menyeberang ke Pantai Oyama, kami memutuskan kembali ke Banggai karena hari sudah sore. Sayang sekali kalau hanya menikmati Pantai Oyama di malam hari.

[1 Juli]
Lukpanenteng, Banggai Kepulauan
 
Menginap di Mess(jid) dekat pelabuhan menjadi alternatif terakhir kami, setelah batal menyeberang ke Banggai Kepulauan karena cuaca kurang mendukung. Masjid dua lantai yang marbotnya ramah, dipinjamkan karpet, banyak terminal stop kontak (charge semua amunisi). Paginya ke Banggai Kepulauan menggunakan speedboat selama 20 menit, cari rental mobil (pinjamnya di Pelabuhan Tobing, nanti dikembalikan di di Pelabuhan Salakan) langsung lanjut ke Lukpanenteng. Kalian tau??? Berapa kali kami bertanya “Jalan ke Lukpenenteng belok mana Pak?”, “masih jauh Lukpanenteng??. Puluhan kali! Serius! Jadilah perjalanan memakan waktu 3 jam. Disini hanya sekitar 45 menit langsung ke Pelabuhan Salakan. Seperti sebelumnya, kami harus mengejar  kapal yang jam 3 siang (kapal kayu besar) untuk kembali ke Luwuk (kalau mau menunggu kapal Ferry, jam 9 malam). Maghrib, Alhamdulillah selamat kembali ke Luwuk. 

@aryanggara keluarganya Yusuf Kalla 😁😅

[2 Juli]
Pantai Kilo Lima
Pantai indah dengan terumbu karang  di tengah kota, Pantai Kilo Lima. Café-café di pinggir pantai, mirip-miriplah  dengan Kampung Nelayan di Palu. Rencananya hari itu mau cari makanan khas Luwuk, Onyop (papeda). Ternyata belum jualan. Buah silaturrahim, di ajak ke rumah temannya kak Eno. Makan siang gratis. Deuuhh, disajikan onyop, sayur lilinnya yang di goreng pakai  tepung bumbu (sampai ada yang kira ayam goreng) masih terbayang-bayang sampai sekarang. . Maka nikmat tuhan manakah kau dustakan?? kenapa jadi bahas makanan?? 


Air Terjun Piala
Qadarullah, waktu ke Air Terjun Piala airnya keruh setelah semalam hujan. Air Terjun ini juga sangat dekat dari kota.  Cuma Dika alias Rangga yang menikmati keesokan harinya karena extend.


@dika.mm


Terima kasih untuk alam-Mu yang begitu menakjubkan, teman-teman selama perjalanan yang penuh dengan drama mulai dari menangis Bombay, tertawa, meraju, dimarahi, tour guide, teman-teman di Banggai yang sudah menjamu. Kapan kita kemana lagi???

Tambahan buat teman-teman yang mau intip budget  perjalanan ala kadar kami (semoga tidak ada yang salah ingat 😂)

Rental Mobil 6 Hari = 1,800,000
BBM PP Palu-Luwuk = 640,000
BBM selama di Luwuk = 200,000 (termasuk untuk perjalanan ke Balantak)
Sewa Perahu ke Pulau Dua = 300,000
Ferry Luwuk-Banggai Laut = 87,000/orang
BBM selama di Banggai Laut = 100,000 (Alhamdulillah dapat mobil gratisan)
Sewa Perahu ke Pantai Terigu = 200,000
Speedboat Banggai Laut – Banggai Kepulauan = 350,000/2 speedboat
Rental Mobil dan BBM selama di Banggai Kepulauan = 350,000
Kapal Kayu Banggai Kepulauan – Luwuk = 50,000/orang
Untuk ole-ole, teman-teman bisa beli  keripik Wahyu *recommended (banyak di swalayan atau langsung ke pabriknya) dan ikan kering di pasar Pagimana.

Untuk uang makan ditanggung masing-masing. Tapi, Alhamdulillah banyak ajak ke rumahnya untuk makan gratis dan ditraktir (jangan lupa singgah di R.M. Surabaya. Cumi gorengnya kenikmatan hqq sekali) *memuliakan tamu. Hahaha

Selengkapnya....

Rabu, 24 April 2013

Sejenis Terapi Galau :p

Berhubung sudah lama tidak berceloteh disini, saya akan menceritakan perjalanan agak penting kami, pekan lalu.

19 April 2013

Tiga perempuan geje, yang mungkin sedang mengalami kekalutan hati akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalan ke Minasata’ne, Pangkep. Setelah beristikharah, harus ke Puntondo atau ke tempat ini.


Leang (Gua) Kassi


Perjalanan dari Makassar menuju Pangkep memakan waktu kurang lebih 2 jam (kecepatan perempuan, bukan pembalap). Setelah mengalami kesesatan yang mendalam, karena ternyata gerbang selamat datang yang dijadikan patokan telah lenyap,  akhirnya kami sampai di  Leang Kassi, Jaraknya sekitar 15 kilometer dari ibukota Kabupaten Pangkep. 


Udara sejuk dan persawahan menyambut kedatangan kami. Dan tentu saja para juku-juku (ikan.red) unyu yang siap menyantap kulit mati. Yuppp, terapi ikan dengan modal 10 ribu/jam.

Ini dia ikan unyu'nya :)


Terapi ikan (Fish Treat) ini sebenarnya hal baru dalam terapi kesehatan, termasuk bagi warga Minasate’ne – Pangkep. Konon, Terapi ikan semacam ini asalnya dari daerah utara dan pusat Timur Tengah. Dalam prakteknya, seseorang mencelupkan kakinya ke sebuah sungai yang berisi ikan jenisgarra rufa dan seketika itu juga puluhan bahkan ikan tersebut mengerubungi kakinya. Rasanya tak sakit, hanya sedikit geli dan itu kemudian dipercaya sebagai terapi kesehatan. Kulit terlihat lebih bersih dan setelah terapi, tubuh khususnya bagian kaki terasa lebih segar dan ringan. Itulah sebabnya tak sedikit orang yang mencelupkan badannya dan membiarkan seluruh tubuhnya digigit ikan pai – pai (garra rufa) ini karena dipercaya pula ikan yang tak memiliki gigi tersebut memiliki daya hisap dan insting untuk menghisap kulit - kulit mati manusia. (*copas)

Ah, banyak insiden yang terjadi yang harus kami rahasiakan yang terjadi ditempat terapi ini. Hahaha. Ini terapi ikan atau terapi katawa ibuk-ibuk? Sudahlah, yang penting senang, begitu mungkin.

Perjalanan pulang singgah makan siang dulu di sawah orang. Hhe.






Selengkapnya....

Senin, 29 Oktober 2012

Mengungkit Memori



Kali ini temanya sejenis “reuni”,
bukaannn… mungkin lebih tepat kami menyebutnya kumpul bocah. 

Mengenang kembali kegilaan kita ketika masih polos dan cupu. 
Hei.. sekarang kalian sudah tumbuh dewasa, tapi tetap saja labil. 
Termasuk saya. -.-‘ 
Masa kecil kurang bahagia
Siang itu, memulai petualangan menjarah makanan sehari setelah Idul Qurban dan kemudian kembali menapaki tempat bersejarah itu lagi.
Ya!! SD kita dulu. 


Widihh.. sekarang bagunannya semakin eksotik 
Sayangnya, saya lupa menengok toiletnya. Apa masih sama seperti dulu?? :D 

Riska, terima kasih untuk sesajennya. 
Terima kasih telah mengobarak-abrik kembali memori jangka panjang saya. Terima kasih untuk hari yang luar biasa dan tentu saja bersama orang-orang yang luar biasa.

See you on the other occasion

Selengkapnya....

Kamis, 18 Oktober 2012

Thanks for Letting Me Go


Hari itu langit gelap dan akhirnya hujan. 
Hujan hari itu labil, hujan kemudian berhenti, berhenti kemudian hujan. 

Sesaat kemudian antusiasmeku sedikit mengerucut, melihat tak ada tempat untuk berteduh. 
Akhirnya kami berempat tegar bersama rintik hujan siang itu. 
Mengingat siapa yang aku tunggu, mengingat siapa yang akan keluar dari bangunan itu. 
Ahhh… saudariku yang satu ini……….. 

Hai, Mirna. Senyummu sumringah, berkebaya biru, dengan sedikit make-up, bertoga, bersama map merah dengan langkah sedikit goyah menuruni tangga, pengaruh high heelsmu mungkin. 

 Bagaimana rasanya mengakhiri masa mahasiswamu? 

Sungguh, bukan maksudku untuk membiarkanmu berjuang sendiri. 
Banyak hal yang menjadi pertimbanganku, semoga kau mengerti. 

Ahhh.. sudahlah, masa “diam-diaman” kita toh sudah berakhir dengan indah hari ini.
Terima kasih untuk 7 bulan yang mengharu biru, canda tawa, kamarmu yang kujadikan tempat kejadian perkara untuk memarahimu, cemilan, larutan cap kaki tiga, nasihat mamamu yang selalu menenangkan kegalauan kita, sarapan, dan seterusnya……… 

Dan maaf selalu menjadikanmu tumbal, kalau menghadap pembimbing, menyuruhmu untuk menghubunginya, menyuruhmu untuk bicara. menyuruhmu ini, itu..

Heiiii, malam ini aku rindu dengan kamarmu itu, tempatku mendengarkan kisahmu, apa kabar dia??
atau sekedar mengendarai motor dan bergosip sepanjang jalan.

Dan tentu saja, mengingat kembali perkenalan pertama kita di PBT 401. 
selamat malam Emon :)

Palu, 19 Oktober 2012. 01.36 am

Selengkapnya....
 
Copyright (c) 2010 Let's Start from Here and Powered by Blogger.