Sabtu, 16 Juli 2011

Surat Kepada Ayah...

Ayah selalu menyanggupi apa yang kita minta, meski tak selamanya ada.. ^^

Ayah, aku pernah sangat jengkel padamu. Beberapa kali, seingatku. Bukan karena engkau menolak permintaanku, tetapi jawaban khas itu, "Nanti ya, tunggu gajian, tanggal muda." Seolah engkau selalu memutar kembali redaksi jawaban itu untuk setiap rengekan anak-anakmu. Waktu itu, aku tak sepenuhnya paham bahwa isi kantongmu sangat bergantung pada tua mudanya tanggal.

Aku selalu jengkel kenapa engkau memilih toko itu. Toko sepatu tak bernama, ruangannya kecil, koleksinya sangat terbatas. Selalu tak kutemukan merek sepatu yang kuinginkan. Aku jengkel, tapi belakangan aku tahu, toko itulah yang mengerti kondisi kantong seorang PNS golongan rendah dengan empat orang anak. Di toko itu, engkau bisa mengambil barang dan dibayar sebulan kemudian.

Suatu hari, kami, anak-anakmu. berkomplot. Kami sepakat merengek minta dibelikan pesawat televisi. Engkau tak menolak, tetapi juga tak berkata-kata. Jawaban khasmu itu entah hilang ke mana. Sangat mengesalkan, karena bahkan tak ada janji untuk kami. Sampai suatu hari beberapa bulan kemudian, engkau memberi kami kejutan. Sebuah televisi hitam putih itu sudah berada di dalam almari rumah. Kami baru tahu kemudian, selama ini engkau menyisihkan gajimu yang sudah terpotong untuk berbagai tagihan itu. Ditambah hasil menjual beberapa koleksi jam peninggalan kakek, engkau membelikan kami televisi. Padahal, kami semua tahu, pada jam-jam itu tersimpan kenanganmu yang dalam bersama kakek.

Ayah, aku selalu ingat janji-janjimu untuk menyekolahkanku di tempat terbaik. Engkau menyebut sebuah sekolah dengan asramanya yang mewah. Dalam sebuah piknik, engkau mengajakku ke sekolah itu. Gedungnya megah, segala prasarananya lengkap. Tak sabar aku ingin bergabung di dalamnya. Hingga suatu saat aku siap, engkau bahkan tak lagi menyebut nama sekolah itu. Tapi aku tak lagi jengkel, karena kemudian kutahu, biaya pendidikan di sekolah itu sangat mahal. Seluruh gajimu akan habis untuk biaya per bulannya. Jelas tak mungkin bagiku masuk ke sekolah itu.

Dibalik diammnya ada cinta. Yaaa. cinta yang menyimpan banyak sekali makna. Dan tugas kitalah untuk mencari makna-makna itu, agar kita bisa menemukan bahwa diam itu benar-benar cinta, bahkan cinta yang luar biasa tulus dan sangat dalam...



_dikutip dari majalah TARBAWI_

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Let's Start from Here and Powered by Blogger.